Mengenal Fungsi Waterstop dan Jenisnya

Pada pengerjaan konstruksi bangunan, material yang harus ada ternyata tak hanya berupa besi tulangan, semen, pasir, dan batu kerikil, tetapi juga waterstop. Nah.... Kali ini admin akan membahas fungsi waterstop dan cara penggunaanya.

Material satu ini tak boleh dilupakan utamanya ketika berhubungan dengan bagian bangunan yang berpotensi terkena air dan menjadi penyebab bagian sambungan beton menjadi bocor jika tidak terdapat material waterstop. Sebut saja seperti area lantai bawah tanah atau basement, terowongan, gorong-gorong, kanal penampung air, sambungan beton, dan lainnya.

Hal ini tentu tak lepas dari sifat air yang bisa menempati segala ruang, termasuk masuk ke celah-celah bangunan. Jika ini terjadi, maka akan ada rembesan air yang berpotensi menyebabkan masalah kebocoran.

Lebih lanjut, rembesan air akan masuk dan mencari tempat lebih rendah, serta melewati kerangka besi yang telah tertanam pada struktur beton. Jika dibiarkan, ini tentu bisa menyebabkan korosi pada besi dan kian berbahaya di kemudian hari. Karena itulah, waterstop wajib digunakan untuk menahan laju air.

Fungsi Waterstop, Jenis dan Cara Penggunaanya

Secara bahasa, waterstop berasal dari bahasa Inggris, yakni dari kata water yang berarti air dan stop yang bermakna berhenti. Jadi, singkatnya waterstop dapat diartikan sebagai pemberhentian air.

Funfsi Waterstop yang utama adalah untuk menahan laju air yang masuk ataupun keluar dari struktur beton. Keberadaannya mampu menyumbat aliran air yang umumnya bisa masuk pada celah antara lantai dan dinding beton.

Material ini sendiri umumnya dipasang pada sambungan beton agar kontruksi bangunan menjadi kuat, tahan air, dan tahan lama.

Pemasangan waterstop yang tepat tidak hanya akan melindungi bangunan dari rembesan air atau kebocoran, melainkan juga mampu menahan penyusutan dan tegangan geser pada beton.

Sebaliknya, jika tidak tepat, yang ada justru beton tidak tersambung sempurna sehingga menyebabkan munculnya retak/crack. Jika sudah begini, air justru akan lebih leluasa mengalir.

Solusinya, Anda tentu harus paham bagaimana cara memilih material waterstop yang tepat serta cara pengaplikasiannya.

Sebelumnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti; jenis sendi dan gesekan apakah bergerak atau non-bergerak, serta ketahanan terhadap tekanan hidrostatik.

Secara umum, berikut beberapa jenis waterstop yang paling sering digunakan.

• Waterstop PVC

Dengan fleksibilitasnya yang tinggi, bisa dibilang PVC adalah bahan material waterstop paling populer di dunia industri. Banyak kontraktor atau insinyur memilihnya karena sifat elastisitas serta ketahanannya terhadap air dan bahan kimia yang sangat baik.

Untuk proses pemasangannya, biasanya ini diaplikasikan pada titik pertemuan antara dinding dan lantai. Material ini dipasang sebelum lantai dicor, dan dijepitkan pada kerangka besi. Tujuannya agar setelah proses pengecoran selesai, waterstop bisa terjepit sempurna oleh beton sehingga bangunan bisa kedap air.

• Swellable atau Hydroswelling Waterstop

Berbeda dengan PVC, waterstop yang satu ini terbuat dari bahan bentonite yang dicampur dengan butyl rubber compound sehingga bisa mengembang setelah beberapa hari. Tak tanggung-tanggung, pemuaiannya bahkan bisa mencapai 300 persen dari bentuk awal.

Cara pengaplikasiannya pun cukup berbeda, yakni dilakukan setelah proses pengecoran lantai. Tepatnya, ketika beton sudah mengeras Anda bisa memasangnya pada sambungan antara lantai dan dinding. Setelah waterstop terpasang, lanjutkan proses pengecoran dinding beton.

Waterstop Berbeda dengan Waterproof

Meski memiliki fungsi yang hampir sama, yakni menghambat laju air guna menghindari terjadinya rembesan dan kebocoran, nyatanya waterstop berbeda dengan waterproof. Jika waterproof lebih pada pemberian lapisan kedap air, waterstop menekankan pada proses penghambatan laju air khususnya di sambungan lantai dan dinding beton.

Nah, itulah sekilas penjelasan terkait fungsi waterstop, jenis, dan cara pengaplikasiannya. Semoga bermanfaat.